Minggu, 24 Mei 2015

SECRET DIARY TO MY MOM
Ibu.....banyak hal yang tidak bisa anakmu katakan padamu secara langsung
rasa cemas dan khawatir akan terlukanya batin ibu,,,
maka dari  itu lewat blog ini anakmu akan menceritakan semua rahasia kecil yang tersembunyi selama ruang dan waktu mengambil kebersamaan kita :,(
       
         Pertama, tentang ketidak inginanku berkuliah di kota kembang ini, aku tau begitu banyak tangan yang menyeret pergelanganku untuk meneruskan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi namun sebenarnya didalam hatiku, aku punya cita-cita lain. aku ingin mengumpulkan uang agar aku bisa melanjutkan pendidikan ke fakultas sastra dan perfilman, dari kecil aku selalu bermimpi membuat film yang bagus, bahkan aku, adik, dan salah satu teman saat kecil dulu sering bermain film-filman, dengan aku sebagai sutradara dan mereka sebagai pemerannya. namun, aku melihat mata ibu berssinar saat semua kata dari ribuan dorongan itu melambungkan angan ibu ke langit. membuat ibu terbuai dengan rasa bangga akan melihatku tumbuh sebagai wanita berpendidikan. dengan mata yang seperti itu, ibu memintaku untuk berfikir tentang tawaran tiket gratis ke masa depan itu bagaimana mungkin aku memadamkan sinar di mata itu dengan mengatakan "Tidak" oleh sebab itu, aku menurut dan membiarkan diriku di seret hingga terbang jauh ke kota Asia-Afrika ini. mulai dari kakiku mendarat hingga tubuhku terjatuh di atas kasur, aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan di kota ini, lalu langit-langit kamarku berbicara. aku hanya harus memilih dimana tidak seorangpun mau memilihnya. Manajemen!! disitulah aku tercebur, program studi yang tidak pernah terpikirkan di otakku, setidaknya ditempat itu aku lebih jarang bertemu dia (Matematika), dia yang akan selalu dipelajari dijenjang manapun tapi seperti tulisan di pasir pantai, bagaimanapun aku mencoba mengingatnya, dia akan terhapuskan hanya dalam beberapa menit. tapi.... itulah yang namanya hidup, sejauh apapun aku berkeliling, aku hanya akan sampai pada satu tumpuan, begitupula matematika, aku mencoba menghindar namun aku dipertemukan juga dengan matematika yang punya banyak wajah dan nama, dari pengantar akuntansi, pajak, manajemen keuangan, ekonomi manajerial, manajemen strategik, manajemen project, riset operasi, dan teori ekonomi makro, mikro. mereka semua menyerbu otakku, sehingga tubuhku yang imunnya setipis kulit lumpia ini, diserang berbagai penyakit. mulai dari demam ringan, sakita kepala yang luar biasa, sampai kessal pada otakku sendiri. kadang kala aku bertingkah seperti Skizofrenia, mulai melihat hal-hal aneh dan kessal tanpa alasan, bahkan melihat semut yang berjalan berjejer di tembok saja membuatku kessal. aku pun mulai menganalisa sembarangan, aku menganalisa semua perjalanan hidupku yang seakan selalu berjalan ditempat yang tidak ingin ku lalui, aku jadi merasa aku adalah boneka yang dimainkan oleh tangan tak terlihat. akhirnya aku menjadi gelandangan didalam rumah, uring-uringan, malas keramas, malas mandi, piring menumpuk, tidur empat kali sehari, dan dikampus aku hanya menatap kosong papan tulis, aku hanya melihat gerak bibir dosenku tanpa mendengar suaranya, wajah-wajah teman sekelasku terlihat seperti angka semuanya, bahkan jalanan yang kulalui terlihat sangat jauh. hingga akhirnya semua itu berakhir, saat ibu menelponku dan berkata bahwa ibu merindukanku, huwaaaaaaaaaaaaa.... saat itu juga aku menangis ingin segera pulang dan berkata, ibu....sudikah kau memeluk anakmu yang sedang berkelana dan tiada yang tau ini. tapi aku mendengar gelombang suara ibu yang seolah menyisipkan kata "hold on honey, you're our proud." aku pun kembali bangkit dan membuang semua belek dimataku dan semua daki di kasurku, mengambil ranselku memasukkan semua buku, dan berlari kekampus.. oh iya bu, aku lupa anakmu ini harus berjalan satu kilometer untuk bisa sampai ke kampus, sama seperti lintang dilaskar pelangi bedanya, lintang masih dihadang oleh buaya tapi aku dihadang oleh sesuatu yang lebih berbahaya daripada buaya yakni MOBIL YANG MEMAKAI TROTOAR UNTUK PEJALAN KAKI!!!! buaya lebih berperasaan dari pada mereka, ibu.
           yang kedua, saat aku mulai bersemangat 86 untuk menjalani surat kontrak yang sudah ditentukan tuhan, kontrak itu berubah kembali.. seperti tsunami yang datang, sebuah surat dari pejuang wanita sepertiku di permainkan oleh kolonial tak bertanggung jawab, yang membuat amazing man in the world salah paham padaku, dan memberiku peringatan serta hukuman keras. aku harus hidup dengan usahaku sendiri, akhirnya aku tinggal disebuah kosan kecil sendirian dan harus mencari pekerjaan untuk membayar kosanku sendiri, anakmu ini akhirnya hidup dengan uang makan 5000 sehari serta uang simpati dari hasil patungan teman-teman yang begitu berbudi baik. anakmu yang bahkan tidak pernah menyentuh cucian kotor dirumah ini, harus bekerja di laundry dengan menyetrika baju selama 12 jam, bersyukurlah aku bekerja di tempat orang yang begitu baik, aku harus mengatakan bahwa tempat kerja ini meskipun kecil tapi tempat ini adalah the best workplace ever in my life... ibu tau, aku adalah pecinta kuliner tergila, aku bahkan lebih memilih makanan dibanding tas branded atau sepatu cantik seperti kebanyakan wanita, tapi saat aku harus makan dari uang keringatku sendiri, aku mulai berfikir bahwa nasi seharga tiga ribu rupiah ini sangat mahal, sehingga kadang aku harus numpang makan di tempat teman-teman dengan membawa lauk ikan tongkol seharga dua ribu rupiah ini. hal baiknya adalah aku sadar bahwa kotoran yang aku keluarkan berasal dari perjuangan yang tidak mudah, selama ini aku tidak memperdulikan orang lain yang telah bersusah payah mencarikan aku biaya untuk mengisi perutku, dingin sedikit aku sudah tidak mau memakannya, tapi sejak melalui ini aku sadar bahwa ini adalah perjuangan dan doa yang luar biasa beratnya, sejak saat itu aku menghargai seluruh pemberian orang lain, bahkan saat aku membuang kotoran, aku berterimakasih padanya karna pernah berada dalam perutku.. aku menjalani hidup miskin selama dua bulan lebih, dan survive sampai aku di pulihkan kembali ketempat yang selalu ingin aku tinggalkan ini. hukuman ini juga menghambat perkuliahanku sehingga aku harus mengulang beberapa mata kuliah karna kurang fokus dan hasilnya aku harus tertinggal cukup jauh. tapi, aku masih sering main kesana walau sudah resign

              Yang ketiga, badai besar kembali menerpaku, saat aku sudah hampir menyelesaikan perkuliahanku, aku baru menyadarinya saat melihat sketchbook yang terselip di antar bra dan cd kecilku, ada banyak hutang yang menumpuk hasil dari usulan penelitian dan skripsiku. biaya print yang lebih besar dibanding perkiraan yang sudah kami perhitungkan, belum lagi ongkos jalan, dan colek-colek cemilan saat ke objek penelitian serta godaan syetan dari kuliner kota bandung yang merayuku tanpa gagal. aku hampir terpojok dengan lututku yang lemas saat melihat ada banyak angka yang tertera di total hutangku, akhirnya aku bersikeras untuk meluapkan seluruh emosiku kedalam usaha kerasku menyelesaikan skripsiku, karna bulan mei adalah waktu jatuh tempo untuk mebayar hutang ketempat yang paling besar jumlah pinjamannya. dengan segala usah aku bisa menyelesaikan skripsiku dengan nilai A sesuai waktu target, aku berencana untuk tidak membuang waktu dengan meminta perpanjanga waktu kepada temanku itu, aku berencana membayarnya tanggal dua belas mei ini dengan segera bekerja di kota asalku, sayangnya the plan was ruined, aku tidak diijinkan pulang sampai waktu yang telah ditentukan, meskipun aku sudah selesai dan telah dinyatakan sebagai sarjana satu ekonomi. aku yang selalu lebay ini berfikiran bahwa dunia telah runtuh, aku menangis semalan sampai besok paginya, i can't see the world karna mataku yang bengkak bagai tomat busuk ini tidak bisa terbuka. saking frustasinya plus depresinya, aku memotong rambut panjang se-bokongku ini sependek-pendeknya itu juga menggunakan pisau dapur. belum puas dengan itu aku berencana kabur keluar rumah, namun yang terfikir di kepalaku hanya lari sejauh beberapa meter ke tempat kerjaku dulu yakni di "mommy laundry". tak lama aku berada disitu dengan isakan air mata, dua temanku datang sehingga aku sadar aku telah mengganggu ketenangan si ibu. aku hanya mengatakan pada mereka bahwa aku perlu ketenangan karna aku tidak ingin bertindak bodoh. ya, tindakan bodoh yang sempat berada di otakku beberapa menit. hingga akhirnya, aku mulai mereda, aku mulai bisa menerima keputusan ini. meski aku masih membenci seorang teman pria yang tidak mengerti arti tanggung jawab sampai kini. dengan hutang yang masih terus berbisik di bulu kudukku, aku mulai mencari jalan keluar. akhirnya lewat koran aku menemukan beberapa lowongan pekerjan, aku kesana-kemari melamar pekerjaan dengan surat keterang lulus ditanganku, aku melewati wawancara yang benar-benar menegangkan, dengan beberapa pesaing yang kualitasnya jauh lebih baik dariku, namun aku berkata pada diriku sendiri. sebenarnya ada dua hati dalam diriku, yang satu sudah sangat pesimis tidak ada peluang untuk bisa diterima, yang satu lagi meski sadar peluangnya adalah 0,01 persen tapi dia bertindak seolah mario teguh mengatakan bahwa tidak ada yang sulit didunia ini selama kita mau mencoba. 0,01 persen bisa menjadi 100 persen. namun, ketiga interview yang dilalui tidak mampu membuatku diterima, meskipun aku sudah berusaha dengan meminjam blazer milik temanku (Thanks..eka ^^ ) tetap saja aku kalah telak dari mereka yang jago sekali mempromosikan diri mereka. ujung-ujungnya aku hanya bisa menggunakan ijazah SMA ku untuk melamar menjadi pekerja serabutan di sebuah hotel. ditempat inilah, tempat kerja paling tersulit yang pernah aku alami. ada beberapa hal yang harus ku uraikan untuk ibu tau betapa susahnya aku survive di tempat ini.
1. peraturan yang terlalu absurd buat aku, terutama double jobdesc
2. senioritas yang teramat primitif.
3. menumpahkan kesalahan pada karyawan baru. ada beberapa orang yang tidak melihat kejadian sebenarnya tapi langsung saja menuding orang lain untuk kesalahan yang tidak diperbuat. aku pernah mengalaminya, bu. bukan aku yang melakukannya tapi orang tersebut memarahiku dengan ringannya.
4. satu kali makan seharga 5000 rupiah meski bekerja dua belas jam lamanya
5. tamu yang kadang menyebalkan dan menyesakkan dada
pernah suatu hari, aku merasa hari itu adalah hari terberat dalam hidupku yakni pada tanggal 8 mei 2015 pada hari sabtu, ada tiga orang tamu yang membuatku merasa hina, ketiga tamu itu mengatakan hal yang menyakitkan yang pertama, " bekerja ditempat seperti ini lepas saja jilbabmu itu, kamu hanya menodai jilbab yang seharusnya melindungimu. kamu pasti tau kan apa yang dilakukan tamu disini, dan kamu hanya diam kan" aku marah dalam hati aku berbicara, lalu apa yang kamu lakukan disini, bukankah kamu juga berbagi tempat tidur dengan mereka, bedanya kamu dan aku hanyalah pegawai dan pelanggan yang sok suci. sambil meraih tanganku tamu kedua mengatakan " neng, aku bisa membayarmu lebih dari gajimu, kalau kamu mau sekali tidur denganku kamu bisa membeli handphone kelaran terbaru yang mahal" aku juga marah dalam hati aku menggumam, aku masih punya yang namanya agama untuk aku berpegangan dari setan-setan rambut putih seperti kalian. hingga tamu ketiga yang membuatku berkeliling kesana-kemari mengatakan padaku ingin kamar yang ini, itu, dan akhirnya tidak ada yang dia pilih. membuatku harus membereskan tiga kamar tidak hanya itu dia mengatakan padak bahwa dia merasa aku tidak maksimal dalam pekerjaanku, aku tidak mengerti apa-apa. belum berakhir dengan para tamu, pegawai yang lain malah membentakku,  kalau memang seperti itu nada bicaranya, dia tidak membentak hanya itulah kebiasaannya berbicara aku mungkin masih bisa memakluminya di lain hari namun di hari ini, aku tidak bisa memahaminya. hingga akhirnya, aku meledak, air mataku tumpah di toilet. rasanya ingin segera keluar dari tempat kerja ini, tempat kerja ini membuatku semakin trauma dengan pernikahan saat melihat orang-orang berumur datang dengan gadis-gadis muda ke hotel ini, menghabiskan waktu selama empat jam hanya untuk berbuat mesum, aku sangat jijik ketika harus membereskan kamar yang kadang terdapa kondom bekas berserakan di lantainya. namun, aku juga punya kenangan indah di tempat ini ^^ ada beberapa hari dimana aku berfikir tempat ini menyenangkan, ada beberapa orang yang membuatku merasa kuat bertahan. mereka seperti supporter bola di lapangan hijau yang bersorak untuk kemenanganku. seorang pria yang mendengar suaranya saja membuatku teduh, jangan salah paham!! aku tidak memiliki perasaan berlebih padanya, hanya saja dia seperti sahabat lama yang mengerti bagaimana kejenuhanku. dia bekerja sebagai security di tempat itu berinisial "I", dan satu pria tua  pak "D" yang sudah seperti ayah bagiku, dia bekerja di dapur sebagai koki, bahkan saat terakhir aku bekerja disitu aku masih sempat memperlihatkan SKLku padanya seperti seorang anak yang ingin memperlihatkan pada ayahnya bahwa aku telah berhasil menjadi sarjana ekonomi sekarang. dan pada hari selasa 5 mei 2015, aku baru merasakan makanan pemberian orang terenak dalam hidupku, selama ini ketika orang lain memberiku atapun mentraktirku makan, aku selalu merasa bahwa aku begitu menyedihkan, namun pada hari itu teteh "R" memberiku makanannya, dan aku merasa makanan itu sangat lezat, aku senang sekali.
         tapi tuhan telah memberiku hidup dengan banyak cerita yang bisa ku bagikan pada orang-orang nantinya, jadi jangan khawatir dan sedih ibu... secret diary ini suatu saat bisa mengingatkanku bahwa aku telah banyak belajar hal-hal yang mungkin tidak semua orang mampu mendapatkannya. maafkan Musda ibu, begitu banyak rahasia yang sudah musda sembunyikan dari ibu, dan begitu banyak kebohongan yang sudah musda katakan untuk mengunci secret diary ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar