Jumat, 06 Februari 2015

Love Ego (Karana) Part 2



“ udah sarapan belum? ” tanyanya dengan tetap fokus mengemudi
            “ udah roti aja tadi isi beef aku beli di market dekat kontrakan, kamu? ” jawabku dengan pertanyaan lagi, dia menggeleng. Aku ingat didalam tasku masih ada satu roti isi coklat, ia tersenyum melihat roti yang kuambil dari tasku kemudian kusuapkan kemulutnya.
            “ thank’s miss Keenan. ”
            “ welcome mister Keenan ”
Hanya dalam hitungan tiga puluh menit kami sampai di lokasi syuting, untuk pengambilan take pertama, semua crew sudah siap di tempatnya masing-masing dengan tata letak biasanya
            “ miss Keenan... panggilin castnya dong.” Pinta Keenan, semua mata tertuju padaku, aku jadi malu karnanya tapi, kenapa harus aku yang disuruh Keenan memanggilkan castnya, biasanya juga crew yang berkepentingan. Rasa jadi, kacung aku. Saat aku ingin memanggil pemeran wanita, ternyata ia masih bersama periasnya and..... ketika dia berpaling kearahku, ya ampun...... aku menutup mulutku yang melebar sebagai ekspressi tak percaya dengan yang kulihat sekarang ini, aku hampir saja berteriak histeris She’s my favorit artis, dia Anindya...... pemirsa. Dahinya berkerut melihatku.
            “ kenapa, mbak? ” tanyanya. Aku masih berekspressi tak percaya.
            “ aku tuh nge fans banget sama mbak dya, sejak kecil. ” jawabku.
            “ oh, ya. makasih... tapi, kita harus mulai syuting kan? ” tanyanya lagi.
            “ oh, iya. Maaf, mbak. Saking surprisenya aku. Hehehe ” jawabku. I can’t believe it, aku berjalan beriringan dengannya menuju lokasi take. Duuh...bahagianya aku hari ini. rejeki karna aku bangun pagi kali ya. sehingga Allah, kasih aku hadiah seperti sekarang ini. Keenan tersenyum melihatku, ya.. ekspressi senang diwajahku memang sangat nampak, belum habis keterkejutanku aku terkejut kedua kalinya melihat pemeran prianya yang ternyata adalah Vian George atau lebih sering dipanggil VG, ini hari apa, sih. Hari keberuntunganku mungkin. Setelah take  selesai, Keenan mendekati kedua pemain itu, jadi ngiri akunya.. :) Tak lama berbisik-bisik dengan dua pemain itu, Keenan memanggilku dengan senang hati tentunya aku datang ketempatnya apalagi ada dua orang idolaku berdiri disana.
            “ ini miss Keenan, dia nge-fans banget ama kalian berdua”
            “ ciee... romantis amat sih panggilannya. ” ucap VG, Anindya hanya tersenyum.
            “ ya, udah. Yuk, soalnya gue buru-buru bos, ada syuting FTV lagi.” Ucap VG lagi
Aku tidak mengerti ayuk yang dimaksud oleh VG sampai kemudian Keenan menarikku kerangkulannya dan didepan kami sudah siap bang Togar dengan tangan menggengam kamera digital milik Keenan, yes! Kami berempat sedang difoto. Sehabis tiga buah jepretan dari kamera tadi, Keenan mengucapkan terimakasih pada kedua selebriti itu begitupula aku, ternyata hari ini hanya ada satu scene dan syuting selesai. Keenan membawaku ke cafe sahabatnya, dan mengenalkanku dengan sahabatnya itu.
            “ duduk dulu lah bro. gue buatin coffe. Cewek loe mau apa? ” tanyanya
            “ mocca, boleh. ” jawabku, ia mengangguk dan kembali keruangnya.
            “ mister, pak Joko kok bisa kepikiran pake’ mereka berdua sih? ” tanyaku.
            “ bukan berdua tapi bertiga. ” jawabnya dengan senyum yang sangat indah miliknya.
            “ bertiga? ” tanyaku dengan dahi yang derkerut. Ia mengangguk tetap dengan senyum.
            “ Jhon pamungkas berperan sebagai sahabat Anindya dari luar kota yang sudah lama mencintai Anindya.” Jawabnya, kubekap mulutku agar tidak berteriak di cafe ini.
            “ kok bisa pas gitu, sih.”
Dengan senyumnya yang indah itu, dia mulai menjelaskan alasan tiga artis favoritku ada di series yang sedang digarapnya. Ternyata..... dia biang kerok semua ini, dia yang memberikan recommend pada pak Joko agar memakai mereka bertiga dalam series yang naskahnya ditulis oleh Mozaik Azhar itu. Dia memberikan alasan sama seperti alasan kenapa aku menyukai tiga insan film ini, hingga alasan yang sudah di packagenya dengan rapih membuat pak Joko percaya dan setuju dengan usulannya, astaga! Alasannya adalah aku, bahagiaku, senangku. Keenan... bagaimana aku bisa dipertemukan dengan orang sepertimu selamban ini Siapa wanita yang sudah berani menyia-nyiakan kamu yang se-wow ini, bagaimana bisa kamu membuatku bahagia secepat ini, dan bagaimana bisa kamu membuatku tersenyum hanya dengan memanggil namamu, bagaimana bisa aku tersenyum tanpa henti seperti ini meskipun usia hubungan kita belum terhitung dua puluh empat jam, bagaimana aku bisa merasa menjadi wanita paling bahagia sekejap hanya dengan waktu sembilan belas jam ini.
            “ kamu suka, gak? ” tanyanya, are you crazy?!!!
            “ tentu aja kau suka banget..... ini,, ini,, ini tuch. I love you deh pokonya. ”
Mendengar jawabanku keenan tertawa, tawanya membuat sahabatnya heran. Ia mengantarkan mocca dan robusta ketempat kami, kemudian ikut bergabung bersama kami.
            “ kenapa sih? ” tanya sahabat keenan yang bernama Vito.
            “ gak apa-apa. ” jawab keenan masih tertawa.
            “ gue senneng loe udah bahagia lagi.” Ucap Vito, keenan tersenyum.
Apa maksud ucapan Vito, dengan kalimat bahagia lagi. Meski ada pertanyaan mengganjal dihatiku,  aku tidak ingin menanyakannya pada Vito ataupun Keenan. Aku tidak ingin membuat keenan terluka seandainya itu adalah masa lalunya, yang jelas dia bisa bahagia bersamaku. Kuseruput mocca yang super enak itu, pantas saja kalau cafe ini ramai.
            “ mister keenan, minjem kameranya ya. aku bawa mau lihat.”
keenan mengambil kamera digital yang ada ditasnya. Dengan senyum merekah aku melihat lagi fotoku bersama Keenan, VG, dan Anindya tadi. Cantik, Anindyanya.....
            “ ini wajib aku upload di media sosial aku mister keenan.” Ucapku, ia mengangguk.
Kemudian percakapan kami berlanjut bersama Vito yang ternyata juga sangat asik. Walaupun aku tidak begitu ingin tau tentang maksud dari kalimat Vito tadi, aku menyimpan penasaran dalam hatiku, sebenarnya apa yang sebenarnya pernah terjadi pada Keenanku sehingga sahabat dekatnya begitu bahagia melihat keenan tertawa lagi. Ya Allah..beri kedamaian dalam hatiku, agar aku bisa tenang tanpa memikirkan semua ini, untuk sementara ini aku hanya ingin menjadi bagian hidupnya, membuatnya merasa nyaman didekatku. entah seberapa besar perasaan cintaku untuk dia yang jelas saat ini. aku mencari kebahagiaan dari keenan dan keenan ingin kebahagiaan dariku. Sampai ending datang pada kami.
H_H_H_H
            Hujan belum juga reda, aku harap pada jam sepuluh nanti hujan sudah reda sehingga aku punya waktu untuk makan siang, mandi dan menonton televisi sebelum mleakukan aktivitas rutinku ketika liburan kerja. Sebenarnya memang aku berangkat jam dua belas siang nanti namun aku tidak akan bisa maaf, aku rasa kalimat tidak akan bisa lebih cocok diganti dengan kalimat tidak akan mau berbuat apa-apa, melepaskan diri dari tempat tidurku atau sekedar bergerak untuk memeriksa siapa yang mengirimkan short message sending di hp berwarna silverku ini. Hujan terasa begitu memanjakanku dengan dinginnya yang alami, natural membelaiku sehingga betah berlama-lama di alam mimpi.
            “ apa sih, Ra... aku masih ngantuk nih.” Ucapku ketika aku merasa selimutku ditarik. Laura memang lebih senang bangun pagi ada atau tidak ada pekerjaan, ia tetap menjadi manusia yang selalu bisa mengalahkan ayam berkokok, sebenarnya aku juga bangun dikala subuh. Ya.....sebagai umat bergama, aku tentunya menjalankan kewajibanku kepada Tuhanku, bedanya aku dan Laura adalah jika Laura terus melanjutkan aktivitasnya yakni, lari pagi untuk menghirup udara segar, aku lebih memilih memanfaatkan dinginnya embun pagi untuk melanjutkan tidurku yang menurutku tidak cukup. Tapi, kok tumben.... biasanya Laura akan berceramah ditelingaku dengan kalimat favoritnya ‘Akira...udara pagi itu sehat, manfaatnya juga gak kalah sama yoga, bisa menenangkan’ but, now... dia hanya menarik-narik selimutku tanpa mengeluarkan sepatah katapun bahkan suara seperti membangunkanku.
            “ mister keenan!!! ” pekikku kaget, ketika melihat Keenan berada di kamarku. Huwaaa!!! Maluku di Ambon.... segera kutarik selimutku dan mengubur badanku hanya tanganku yang mengisyaratkan agar dia segera keluar dari kamarku. Bagaimana kalau dia melihatk tidur dengan gaya renang bebas serta mata di penuhi belek bagaikan eye liner.
            “ kenapa bisa tau kontrakanku disini? ” tanyaku saat menemuinya diteras rumah.
            “ dapat info dari Laura. Jam segini kok belum bangun sih miss keenan..”
            “ hehehe.. sudah jadi tradisi kalau liburan, lagian hujannya memberi harapan buat aku bermalas-malasan lagi. ” jawabku, keenan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Suer deh, gak pernah bosan ngelihat senyum keenanku ini. #mesem-mesem
            “ aku bikinin kopi dulu, ya. ” ucapku kemudian melangkah ke dapur.
Tak lama kemudian aku kembali dengan membawakan kopi jahe, bertahan dua menit di meja dan satu menit tergantung di ujung bibir keenan teh itupun diseruputnya. Aku tau ekspressi dahi berkerut akan muncul di wajahnya. Segera ku jelaskan sebelum ia bertanya.
            “ aku campur sama sari jahe kiriman my lovely mom, bagus buat badan my lovely keenan di saat hujan gini. ”  jelasku, mulutnya membulat.
            “ bukan lagi promosi produk sama aku, kan? ” tanyanya, aku tertawa kecil.
            “ eh, ada bos. Ra, entar ajak sekalian ya lunch bareng. Kita makan tumis seafood siang ini, ala chef Laura. ” ucap laura dengan menenteng banyak belanjaan di tangannya sembari tertawa kecil diikuti oleh anggukan keenan. Aku sendiri mengacungkan jempolku pada Laura, dia pasti datang dari supermarket untuk belanja bulanan karna bulan ini dia yang kena giliran untuk mengisi penuh kulkas berdasarkan klasifikasinya yaitu, sayuran, daging, minuman, dan cemilan. Nah, yang penting, yang utama, dan yang wajib ada di kulkas bagian cemilan adalah coklat dan ice cream, prinsip kami tidak ada coklat tidak bagus, :)
            “ mister keenan, miss keenan mandi dulu ya. mister keenan masuk aja ada DVD foo fighters tuch yang terbaru.” Ucapku, keenan mengangguk.
            “ gaya loe berdua mister and miss. Misseseres aja sekalian. ” ucap Laura, sembari membersihkan beberapa cumi dan udang didapur. Kamarku memang dekat dengan dapur itu karna aku merasa kamar dekat dengan dapur adalah lokasi strategis jika suatu malam tiba- tiab aku merasa serangan lapar menyerangku. Gendut? Aku tidak perduli dengan itu.
            “ biarin, iri ya panggilan kamu sama Ajun pasaran dan gak kreatif ” balasku, hampir saja kulit udang itu meluncur di bajuku seandainya aku tidak cepat-cepat menghindar.
            Acara mandiku sudah selesai, aku sudah siap untuk pergi tapi sebelumnya aku akan makan siang dulu bersama Laura dan Keenanku, mereka sudah menunggu disana.
            “ kasian Laura, mukanya sudah kelaparan. Mister Keenan, ayo dimakan. Jujur ya, meskipun agak berat hati masakan Laura itu te-ope- be-ge-te loch..” ucapku, Laura tersenyum mendengar pujianku, kamipun menikmati Lunch kami dengan sedikit percakapan tentang series baru yang sedang digarap oleh keenanku dengan pemain-pemain favoritku.
            “ kamu sudah rapi, tau ya kalau aku mau ngajak jalan? ” tanya keenan
            “ tiap liburan sehabis makan siang dia memang selalu ada acara. Acara sosial gitu tapi, Cuma dia doank yang kesana.” Sambung Laura, aku mengangguk mengiyakan.
            “ acara apa? ” tanya keenan lagi.
            “ acara ketempat yayasan satu hati yang dibangun sama om aku. Jadi... yayasannya itu di peruntukkan buat anak-anak kanker. Tiap liburan aku kesana, karna mister keenan datang kesini hari ini jalan-jalannya ketempat aku dulu, ya.. kapan-kapan kita ketempat yang kamu mau, gimana? ” tanyaku, ia mengangguk sembari tersenyum.
            anything for miss keenan..” ucap keenan, kali ini aku yang mengangguk.
            “ woy!! Gue disini, masih hidup. Ajun lagi gak ada jadi jangan curang donk...”
Ucapan Laura beserta ekspressi wajahnya membuat kami tertawa. Sorry, ya Laura michelle.
Makanan kami tak terasa habis juga dengan percakapan seputar drama asia kami yang makin hari makin banyak penggemar yang menunggu drama asia kami ini tayang.
            “ jhon itu masih mau ya, main di drama kita. Kan udah go internasional. ”
            “ loe kayak infotainment aja, ra. Jadi public figure itu memang harus begitu, gak boleh angkuh. ” ucap keenan pada Laura, aku mengangguk. Keenan benar, seorang public figure memang harus bersikap seperti itu, bukan hanya Jhon saja tapi yang lainnya juga harus mau bekerja demi mengentertain orang-orang lainnya tidak perduli level wadahnya dalam mengentertain, tidak pula menjadi terlalu pemilih. Karna baik FTV, drama, Sinetron, ataupun film, semua bertujuan untuk mengentertain penikmatnya. Usai makan siang ini, aku dan Keenan pamit pada Laura ke yayasan kenker satu hati.
            “ motor? ” ucapku dengan ekspressi heran melihat sepeda motor ada di samping pohon yang berdiri kokoh di samping kontrakan kami ( aku dan Laura.) Keenan mengangguk, kemudian memasang helmnya. Aku tersenyum dan naik ke sepeda motornnya.
            “ mau tau alasannya aku pake motor? ”
            “ apa’an? ”
            “ kesempatannya lebih besar..”
            “ ouchhhh...gitu. ihh,, dasar tetep aja ya yang namanya cowok.”
Dia tertawa saat helmnya aku pukul, dasar Keenan dia tidak tau saja kalau sebenarnya aku juga mengharapkan kesempatan yang sama. Tentu saja aku memeluknya dengan erat, ini yang selama ini sudah lama tidak aku rasakan ya Tuhan... semoga saja dia tidak mendegar suara jantungku yang dag-dig-dug ini, this is crazy! Aku tidak benar-benar sadar bahwa inilah pertama kalinya aku merasakan deg-degan yang nyata, bukan deg-degan saat bersama Teo Bintaro. Bersama Teo Bintaro aku deg-degan karna takut ketahuan orang tuaku tapi, bersama Keenan aku merasakan bahwa jantungku berdetak tidak normal, seperti berada di atas ketinggian untuk pertama kalinya, seperti terbang tanpa pesawat ataupun sayap. Masa sih, aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya dengan orang yang sudah menjadi nomor sekian untuk pria yang pernah menyematkan status relationship dihidupku? Tell me that’s wrong.
            Mengajak Keenan ketempat ini seperti mengajaknya ke taman bermainku, membuat aku merasakan bahwa aku sekarang berada di ruang semangatku. Melihatnya bermain dengan anak-anak disini memberikan kesan mendalam dihatiku, aku yakin mereka pasti senang melihat Keenan yang ganteng dan baik hati ini.
            “ pacarnya kak Akira, ya? ” tanya Petra duduk disampingku, aku berpaling kearah anak usia lima tahun ini. bagaiamana dia bisa mengenal kalimat itu di usianya yang baru lima tahun. Apa zaman sudah seberubah itu? Hingga anak kecil yang seharusnya hanya tau kata bermain ini terkena dampak Globalisasi juga. Abad apa ini yang bagiku melebihi millenium?
            “ apa sih pacaran itu? Kak Akira gak tau. ” jawabku dengan bertanya kembali, dia tertawa terbahak-bahak, mungkin dia tau bahwa aku sedang membohonginya barusan.
            “ kak Akira bohong, kan ” ucapnya lagi, aku menggeleng dengan ekspressi wajah yang ku buat-buat menjadi wajah lugu. Matanya menginterogasiku, aku mengangkat bahu.
Dia pasti mulai percaya kalau aku benar-benar buta terhadap apa yang barusan ia tanyakan, sampai akhirnya dengan gelengan kepala Petra memutuskan untuk menghampiri Keenan dengan tangan kecilnya ia menarik-narik jaket kaos keenan, Keenan pun membungkuk agar badannya bisa sejajar dengan Petra. Percakapan mereka tak bisa ku dengar dari teras yayasan ini, yang kulihat Petra dan Keenan memandangiku artinya mereka sedang membicarakanku. Aku hanya tersenyum menyambut kedatangan Petra bersama Keenan dalam gandengannya menuju tempatku memandangi peri-peri kecil yang bermain.
            “ kak Akira, kata kak Keenan kalian pacaran ”
            “ ihh... kak Keenan ke ge-eran tuch Petra. Kakak gak mau punya pacar kayak dia ”
            “ emang kenapa, kak Keenan ganteng. Iya, kan Petra? ” tanya Keenan
            “ iya ” jawab Petra mantap, aku tertawa lebar sembari menggelengkan kepala
Keenan menarik Petra ke pamgkuannya kemudian memeluknya
            “ kalau gitu... Petra aja yang jadi pacar kak Keenan gimana? ” tanyanya, Petra menggeleng itu membuatku tertawa terbahak-bahak di tambah ekspressi sedih dari wajah Keenan yang seolah putus harapan karna penolakan Petra tadi.
            “ nanti kalau Petra sudah segede kak Akira, kak Keenan pasti udah tua. Petra gak mau punya pacar tua. ” jawab Petra kemudian berlari keteman-temannya yang lain, mulutku menganga tanda aku terkejut mendengar kalimat Petra barusan lalu tawaku dan tawa Keenan pecah. Syukurlah. Ya, syukurlah dia tidak cepat putus asa layaknya aku di tengah cancer yang dia derita dia masih berfikir bahwa suatu saat nanti dia bisa menjadi gadis dewasa yang cantik, hingga dia bisa melihat bahwa Keenan tidak layak untuk dirinya. Sementara aku? Meski setiap kali berada di yayasan cancer ini, aku tetap tidak bisa setegar Petra. Mengingat Petra menahan rasa sakitnya ketika kemoterapi itu. Orang lain mungkin tidak sanggup rasanya menahan rasa sakit yang sering kali datang secara tiba-tiba, rasa sakitnya bisa membuat penderitanya sampai seperti hewan melata yang berusaha keras mencapai obat penahan rasa sakitku. Salah satu alasan kenapa kebanyakan orang dengan penyakit ini tidak ingin kemoterapi juga karna rasa takut itu. Takut terlihat semakin melemah, dan alasan lainnya adalah bahwa kemoterapi tidak akan menjamin sakit ini sembuh. Kata-kata itulah yang menahan mereka hingga sebisa mungkin mereka tak akan mengijinkan alat-alat dokter untuk kemoterapi menjamah tubuh mereka.
            “ melamun saja kerjaanmu ”
            “ om Felix, sudah pulang dari luar kota? ” tanyaku, ia mengangguk.
            “ siapa itu? ” tanyanya balik sambil duduk disampingku.
            “ Keenan. Pacar sekaligus sutradara Akira di PH. ” jawabku.
Om Felix terlihat muda dengan kaos the beatlesnya. Om Felix adalah dokter yang mendirikan yayasan satu hati ini, alasannya karna anaknya juga menderita penyakit ini hingga akhirnya dia harus pergi dan saat itu adalah hal tersulit dalam hidupnya. Aku bertemu dia saat pertama kali duniaku berguncang sangat hebat, saat pertama kali aku mendengar vonisnya kepadaku, vonis bahwa aku mengidap penyakit kanker hati. Saat itu aku baru berusia lima belas tahun, tepat di awal SMA ku. Guntur sahabatku membawaku ke rumah sakit ketika tiba-tiba aku pingsan untuk kesekian kalinya di acara ospek. Om Felix lah yang memeriksaku dan akhirnya menemukan ada kanker bermukim dalam hatiku. Aku berterima kasih pada ibu, karna saat itu ibu tidak berlagak seperti kebanyakan sinetron yang kulihat, ibu langsung memberi tahuku hari itu juga di rumah sakit. Hari itu aku tidak menangis, ya.. tak ada satu tetes air mata pun yang mengalir dari pipiku hanya saja saat itu aku seperti di hantam ribuan palu, ditusuk ribuan pisau, dan disayat ribuan silet, hingga aku tak tau air mata yang mana yang harus aku keluarkan untuk berita ini. Kalimat-kalimat penabah dari ibu seperti berlalu tanpa jeda di telingaku, tidak ada yang kupikirkan saat itu selain apakah aku bisa menghadapi ini mulai dari sekarang? Bahkan saat itu aku merasa tidak tau akan lebih baik daripada tau. Sampai akhirnya air mata itu roboh juga ketika aku berada sendirian di dalam kamarku, aku seakan ditemani malaikat maut yang kapanpun siap membawaku pergi tanpa harus meminta ijin oleh faktor ketidak siapanku.
            “ kamu masih lama disini? ” tanya om felix membuyarkan Rememoryku.
            “ enggak, bentar lagi pulang. Om mau kenalan sama mister Keenanku ” jawabku.
            “ lain kali saja, om masih harus ke rumah sakit lagi. Salam saja buat dia. ” ucap om Felix kemudian berlalu dari tempat kami duduk, ia terlihat sangat buru-buru. Pasti ada pasien yang butuh bantuannya. Aku menghampiri Keenan dan berbisik mengajaknya pulang.
            “ teman-teman, kami pulang dulu ya...”
            “ nanti datang lagi, ya kak Keenan...” ucap mereka serempak.
            “ loch, kok kak Keenan aja? ”
            “ habis jarang-jarang kak Akira bawa teman seganteng kak Keenan.”
Keenan tertawa meledekku, aku berkacak pinggang sembari menggelengkan kepalaku anak sekecil mereka beraninya.... kutarik segera Keenan menuju motornya. Dengan lamabaian tangan dari atas motor, kami berlalu dari yayasan kanker satu hati itu.
            “ ada tempat yang bagus, gak? Aku pengen ngomong sama kamu.”
            “ harus malam ini juga? ” tanyanya, aku mengangguk.
            “ oke, pegangan aja. Aku bakal bawa kamu nostalgia ke masa muda ”
            Tiba disebuah gedung yang tak bertuan, Keenan membeli satu bungkus kacang tanah. Ya, gedung ini sudah sangat tua namun meski begitu gedung ini tak terabaikan begitu saja. Gedung tua ini menjadi salah satu tempat favorit pemuda-pemudi untuk sekedar berbagi cerita cinta mereka, sehingga para pedagang kaki limapun mengambil peluang ini untuk mencari rezeki mereka lewat impian-impian tentang cinta yang melambung lewat gedung tua ini. Jika para anak muda yang lain lebih memilih untuk menghabiskan malam di bawah gedung tuan ini, kami lebih memilih untuk naik ke lantai paling teratas dari gedung tua ini. Keenan pernah mengatakan bahwa dari atas sini kami bisa melihat seluruh kota jakarta, andai saja Tanah Bumbuku memiliki gedung setinggi ini yang tak terpakai aku pasti bisa melihat seluruh kotaku yang tenang itu. Tapi, entahlah apa bisa secantik di kota ini. Meskipun tak ada kata, tak ada rayuan yang keluar dari bibir Keenan tapi genggaman tangannya seperti membuatku merasa jatuh dalam rayuannya seakan ia ingin aku terus dalam genggamannya. isi hatiku menggelitik, aku merasakan jauh didalam hatiku aku sudah menemukan pria yang kucari-cari selama ini, sayangnya hari ini aku harus segera mengakhiri semuanya sebelum terlambat ini adalah deadline cintaku tepat satu bulan aku harus melepaskan sebuah hubungan cinta, tapi entah kenapa aku malah ingin berkata sebaliknya jangan khawatir Keenan aku akan mencintaimu sampai kamu lupa pernah dicintai oleh orang lain, aku akan mencintaimu lebih dari aku mencintai nyawaku sendiri. Itu yang ingin aku katakan. Aku merasa seperti ada syair dikepalaku yang membuat pikiranku bicara bahwa seribu tahun yang tak kupunyai itu, seribu tahun yang tak bisa kugapai itu, seribu tahun yang bagai mimpi itu, untukmu aku akan mendapatkannya, aku akan hidup seribu tahun untukmu, asalkan bersamamu aku mau hidup.
            “ miss Keenan, kenapa menatapku seperti itu? ”
            “ habis..mister Keenan tatapannya kosong sih. ” jawabku, Keenan mengangguk
Apa ini? Aku tidak mengatakan ucapan selamat tinggal dan putus, aku juga tidak mengatakan apa yang ada dihatiku tadi. Aku benar-benar dalam keadaan bingung sekarang, aku terjebak.
            “ oh, iya. Katanya ada yang harus diomongin”
            “ hah? Aku lupa.. hehehe ”
Dia tertawa mendengarnya, ini bukan karna aku lupa tapi, tak tau kenapa mungkin ada yang salah dengan otakku malam ini sehingga rasanya sulit untuk mengatakan selamat tinggal untuk hubungan kami. Kenapa kali ini terasa jauh lebih sulit dibanding biasanya, ada apa ini?
H_H_H_H
            “ senneng amat neng hidupnya. ”
            “ ya iyalah, emang kamu pacarannya drama korea. ”
            “ alahh... itu karna loe baru awal-awal pacaran liat aja ntar
            “ gak akan..... aku sama mister Keenan itu bukan drama. ”
Ucapku tertawa, kemudian menaikkan tingkat volume di handphoneku sambil memotong-motong sayuran ini. aku bisa masak meski tidak seenak masakan Laura tapi, rasa masakanku juga tidak seburuk masakan menantu manja di sinetron-sinetron itu. Hari ini aku akan memasak oseng udang campur kacang panjang dan brokoli, spesial dengan segenap cinta untuk sahabatku Laura yang sedang galau, karna dia sedang galau masakanku ini akan kuberi nama GaTiNer yang artinya........Galau Tingkat Neraka, biar dia terhibur dengan rasa pedas masakanku ini. setelah dapur bersih dan masakanku selesai dengan ala-ala Akira ini, aku menarik paksa lengan Laura untuk makan, meski beberapa kali penolakan dia tunjukkan padaku  dengan pertahanan dan benteng yang sangat kuat, sekuat inginnya untuk mogok makan, akhirnya dia berhasil juga kubuat mau mencicipi masakanku ini. ia menatapku.
            “ enak, loe jago masak juga kok. Ya, meskipun loe masih harus belajar banyak dari gue... loe pakai bumbu instan, ya? ” tanyanya. Aku nyengir sembari mengangguk pelan.
            “ huuh.. chef ajaib kayak gue mau loe kibulin, jelas beda lah...” ucapnya lagi
Tak apa lah, setidaknya galaunya sudah berkurang yang tadinya tingkat neraka sekarang sudah tingkat jembatan siratul muttaqin. Heran juga aku dengan mereka, tiap sebulan sekali ada saja pertengkaran didalam hubungan mereka, entah itu masalah waktu atau masalah beda pendapat. Perbedaan mereka sangat besar, si Laura yang bawel, selalu ingin tau, dan menyukai hal-hal berbau perempuan banget, lingkungannya seputar fashion, mode, stylish, dan perawatan tubuh, dia wanita yang suka berjam-jam ada disalon dan butik atau outleet. Berpacaran dengan  Ajun seorang polisi yang kaku hampir mirip batu itu, Ajun yang lebih suka diam ketika marah membuat Laura merasa kessal dan be-te seumur padi, Ajun yang lebih memilih untuk menghindar berhari-hari ketika merasa bahwa dalam pertengkaran itu ia tak bersalah melainkan Laura yang bersalah, membuat Laura manyun dari kepala sampai kekaki itu membuatku heran tak karuan, mereka bisa bersatu dengan perbedaan itu, kadang membuatku iri mengapa begitu gampang buat mereka menyatukan hati di antara perbedaan yang benar-benar sangat beda, sementara aku dengan Keenan bersatu karna kami memang mempunyai banyak kesamaan termaksud dunia perfilman.
            “ apa ini masuk akal? Gue Cuma pengen dia datang ketempat gue sebentar, gue juga gak maksa dia buat lama-lama. Apa salahnya kalau gue  pengen dia ngelihat hasil karya gue sebelum gue jual kebutik. Meskipun dia gak tau tentang design tapi dia bisa kan setidaknya bilang itu bagus honey, ibu mirna pasti suka. Mendengar kalimat itu dari orang yang kita cintai bisa membuat kita ngerasa tenang. Sekarang, dia udah tau kalau gue lagi marah eh dia malah gak ada nelpon atau sms gue, sekarang yang harusnya marah kan gue. ” tuturnya
            “ Ra, loe bicara donk sama Ajun... please, ” pinta Laura setelah meneguk air putihnya.
Aku mendengus, kenapa selalu aku. Setiap kali mereka bertengkar selalu aku yang jadi penengahnya, karna biasanya si Ajun mau bercerita padaku tentang duduk perkaranya dan biasanya juga dia mau menerima usulanku jika aku rasa ternyata dia yang salah di perang ini.
            “ kamu itu, aku mulu yang di andalin. Emang wajar sih cewek itu selalu pengen dimengerti tapi kamu kan tau kalau pacar kamu itu Ajun ” ucapku, sepertinya dia tidak mengerti dengan ucapanku melihat dari reaksi wajahnya yang bingun.
            trus kalau pacar gue Ajun kenapa? Apa sekarang kita main kata-kata
            maksud aku itu, kita berdua tau kan gimana karakter Ajun. Kaku, zero ekspressi, cowok misterius, gak bisa ditebak, plus gak peka. Coba itung berapa kali dia harus kebingungan membujuk kamu ketika kamu marah tanpa dia ketahui alasannya, hey! Ajun bukan peramal, cowok paling ahli dengan sebutan playboy aja masih bisa bingung ngadapin cewek. Ajun? Dia bahkan gak sebanding dengan tingkat peka bokapku jelasku
            jadi maksud loe, gue yang harus minta maaf duluan. Gak bisa, kalau kayak gitu dia bisa seenaknya sama gue.
            ya..ya.. jaga aja tuch terus harga diri loe, yang mulia Laura. aku mau pergi ketempat om Felix. Ckckck.. sama orang yang dicintai kok pake harga diri” ucapku beranjak dari ruang makan setelah aku siap untuk pergi kerumah om Felix untuk sekedar menyapa duda tua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar