“ udah sarapan belum? ” tanyanya
dengan tetap fokus mengemudi
“
udah roti aja tadi isi beef aku beli di market dekat kontrakan, kamu? ” jawabku
dengan pertanyaan lagi, dia menggeleng. Aku ingat didalam tasku masih ada satu
roti isi coklat, ia tersenyum melihat roti yang kuambil dari tasku kemudian
kusuapkan kemulutnya.
“
thank’s miss Keenan. ”
“
welcome mister Keenan ”
Hanya dalam hitungan tiga puluh
menit kami sampai di lokasi syuting, untuk pengambilan take pertama, semua crew
sudah siap di tempatnya masing-masing dengan tata letak biasanya
“
miss Keenan... panggilin castnya dong.” Pinta Keenan, semua mata tertuju padaku,
aku jadi malu karnanya tapi, kenapa harus aku yang disuruh Keenan memanggilkan
castnya, biasanya juga crew yang berkepentingan. Rasa jadi, kacung aku. Saat aku ingin
memanggil pemeran wanita, ternyata ia masih bersama periasnya and..... ketika
dia berpaling kearahku, ya ampun...... aku menutup mulutku yang melebar sebagai
ekspressi tak percaya dengan yang kulihat sekarang ini, aku hampir saja
berteriak histeris She’s
my favorit artis, dia Anindya......
pemirsa. Dahinya berkerut melihatku.
“
kenapa, mbak? ” tanyanya. Aku masih berekspressi tak percaya.
“
aku tuh nge fans banget sama mbak dya,
sejak kecil. ” jawabku.
“
oh, ya. makasih... tapi, kita harus mulai syuting kan? ” tanyanya lagi.
“
oh, iya. Maaf, mbak. Saking surprisenya aku. Hehehe ” jawabku. I can’t believe
it, aku berjalan beriringan dengannya menuju lokasi take. Duuh...bahagianya aku hari ini. rejeki karna aku bangun pagi kali
ya. sehingga Allah, kasih aku hadiah seperti sekarang ini. Keenan tersenyum
melihatku, ya.. ekspressi senang diwajahku memang sangat nampak, belum habis
keterkejutanku aku terkejut kedua kalinya melihat pemeran prianya yang ternyata
adalah Vian George atau lebih sering
dipanggil VG, ini hari apa, sih. Hari
keberuntunganku mungkin. Setelah
take selesai, Keenan mendekati kedua
pemain itu, jadi ngiri akunya.. :) Tak lama berbisik-bisik
dengan dua pemain itu, Keenan memanggilku dengan senang hati tentunya aku
datang ketempatnya apalagi ada dua orang idolaku berdiri disana.
“
ini miss Keenan, dia nge-fans banget ama kalian berdua”
“
ciee... romantis amat sih panggilannya. ” ucap VG, Anindya
hanya tersenyum.
“
ya, udah. Yuk, soalnya gue buru-buru
bos, ada syuting FTV lagi.” Ucap VG
lagi
Aku tidak mengerti ayuk yang
dimaksud oleh VG
sampai kemudian Keenan menarikku kerangkulannya dan didepan kami sudah siap
bang Togar dengan tangan menggengam kamera digital milik Keenan, yes! Kami
berempat sedang difoto. Sehabis
tiga buah jepretan dari kamera tadi, Keenan mengucapkan terimakasih pada kedua
selebriti itu begitupula aku, ternyata hari ini hanya ada satu scene dan
syuting selesai. Keenan membawaku ke cafe sahabatnya, dan mengenalkanku dengan
sahabatnya itu.
“
duduk dulu lah bro. gue buatin coffe. Cewek loe mau apa? ” tanyanya
“
mocca, boleh. ” jawabku, ia mengangguk dan kembali keruangnya.
“
mister, pak Joko kok bisa kepikiran pake’ mereka berdua sih? ” tanyaku.
“
bukan berdua tapi bertiga. ” jawabnya dengan senyum yang sangat indah miliknya.
“
bertiga? ” tanyaku dengan dahi yang derkerut. Ia mengangguk tetap dengan senyum.
“
Jhon pamungkas berperan
sebagai sahabat Anindya
dari luar kota yang sudah lama mencintai Anindya.”
Jawabnya, kubekap mulutku agar tidak berteriak di cafe ini.
“
kok bisa pas gitu, sih.”
Dengan senyumnya yang indah itu,
dia mulai menjelaskan alasan tiga artis favoritku ada di series yang sedang
digarapnya. Ternyata..... dia biang kerok semua ini, dia yang memberikan
recommend pada pak Joko agar memakai mereka bertiga dalam series yang naskahnya
ditulis oleh Mozaik
Azhar itu. Dia memberikan alasan
sama seperti alasan kenapa aku menyukai tiga insan film ini, hingga alasan yang
sudah di packagenya dengan rapih membuat pak Joko percaya dan setuju dengan
usulannya, astaga! Alasannya adalah aku, bahagiaku, senangku. Keenan... bagaimana aku
bisa dipertemukan dengan orang sepertimu selamban ini Siapa wanita yang sudah
berani menyia-nyiakan kamu yang se-wow ini, bagaimana bisa kamu membuatku bahagia
secepat ini, dan bagaimana bisa kamu membuatku tersenyum hanya dengan memanggil
namamu, bagaimana bisa aku tersenyum tanpa henti seperti ini meskipun usia
hubungan kita belum terhitung dua puluh empat jam, bagaimana aku bisa merasa
menjadi wanita paling bahagia sekejap hanya dengan waktu sembilan belas jam
ini.
“
kamu suka, gak? ” tanyanya, are you
crazy?!!!
“
tentu aja kau suka banget..... ini,, ini,, ini tuch. I love you deh pokonya. ”
Mendengar jawabanku keenan tertawa,
tawanya membuat sahabatnya heran. Ia mengantarkan mocca dan robusta ketempat
kami, kemudian ikut bergabung bersama kami.
“
kenapa sih? ” tanya sahabat keenan yang bernama Vito.
“
gak apa-apa. ” jawab keenan masih tertawa.
“
gue senneng loe udah bahagia lagi.” Ucap Vito, keenan tersenyum.
Apa maksud ucapan Vito, dengan
kalimat bahagia lagi. Meski ada pertanyaan mengganjal dihatiku, aku tidak ingin menanyakannya pada Vito
ataupun Keenan. Aku tidak ingin membuat keenan terluka seandainya itu adalah
masa lalunya, yang jelas dia bisa bahagia bersamaku. Kuseruput mocca yang super
enak itu, pantas saja kalau cafe ini ramai.
“
mister keenan, minjem kameranya ya. aku bawa mau lihat.”
keenan mengambil kamera digital
yang ada ditasnya. Dengan senyum merekah aku melihat lagi fotoku bersama
Keenan, VG,
dan Anindya tadi. Cantik, Anindyanya.....
“
ini wajib aku upload di media sosial aku mister keenan.” Ucapku, ia mengangguk.
Kemudian percakapan kami berlanjut
bersama Vito yang ternyata juga sangat asik. Walaupun aku tidak begitu ingin
tau tentang maksud dari kalimat Vito tadi, aku menyimpan penasaran dalam
hatiku, sebenarnya apa yang sebenarnya pernah terjadi pada Keenanku sehingga
sahabat dekatnya begitu bahagia melihat keenan tertawa lagi. Ya Allah..beri
kedamaian dalam hatiku, agar aku bisa tenang tanpa memikirkan semua ini, untuk sementara ini aku
hanya ingin menjadi bagian hidupnya, membuatnya merasa nyaman didekatku. entah
seberapa besar perasaan cintaku untuk dia yang jelas saat ini. aku mencari
kebahagiaan dari keenan dan keenan ingin kebahagiaan dariku. Sampai ending
datang pada kami.
H_H_H_H
Hujan
belum juga reda, aku harap pada jam sepuluh nanti hujan sudah reda sehingga aku
punya waktu untuk makan siang, mandi dan menonton televisi sebelum mleakukan
aktivitas rutinku ketika liburan kerja. Sebenarnya memang aku berangkat jam dua
belas siang nanti namun aku tidak akan
bisa maaf, aku rasa kalimat tidak
akan bisa lebih cocok diganti dengan kalimat tidak akan mau berbuat apa-apa, melepaskan diri dari tempat tidurku
atau sekedar bergerak untuk memeriksa siapa yang mengirimkan short message sending di hp berwarna
silverku ini. Hujan terasa begitu memanjakanku dengan dinginnya yang alami,
natural membelaiku sehingga betah berlama-lama di alam mimpi.
“
apa sih, Ra... aku masih ngantuk nih.” Ucapku ketika aku merasa selimutku
ditarik. Laura memang lebih senang
bangun pagi ada atau tidak ada pekerjaan, ia tetap menjadi manusia yang selalu
bisa mengalahkan ayam berkokok, sebenarnya aku juga bangun dikala subuh.
Ya.....sebagai umat bergama,
aku tentunya menjalankan kewajibanku kepada Tuhanku, bedanya aku dan Laura adalah jika Laura
terus melanjutkan aktivitasnya yakni, lari pagi untuk menghirup udara segar, aku lebih memilih memanfaatkan dinginnya embun pagi
untuk melanjutkan tidurku yang menurutku tidak cukup. Tapi, kok tumben....
biasanya Laura akan berceramah
ditelingaku dengan kalimat favoritnya ‘Akira...udara pagi itu sehat, manfaatnya juga gak
kalah sama yoga, bisa menenangkan’ but, now... dia hanya menarik-narik
selimutku tanpa mengeluarkan sepatah katapun bahkan suara seperti membangunkanku.
“
mister keenan!!! ” pekikku kaget, ketika melihat Keenan berada di kamarku.
Huwaaa!!! Maluku
di Ambon.... segera kutarik
selimutku dan mengubur badanku hanya tanganku yang mengisyaratkan agar dia
segera keluar dari kamarku. Bagaimana kalau dia melihatk tidur dengan gaya renang bebas serta
mata di penuhi belek bagaikan eye liner.
“
kenapa bisa tau kontrakanku disini? ” tanyaku saat menemuinya diteras rumah.
“
dapat info dari Laura. Jam segini kok
belum bangun sih miss keenan..”
“
hehehe.. sudah jadi tradisi kalau liburan, lagian hujannya memberi harapan buat
aku bermalas-malasan lagi. ” jawabku, keenan tersenyum sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya. Suer deh,
gak pernah bosan ngelihat senyum keenanku ini. #mesem-mesem
“
aku bikinin kopi dulu, ya. ” ucapku kemudian melangkah ke dapur.
Tak lama kemudian aku kembali
dengan membawakan kopi jahe, bertahan dua menit di meja dan satu menit
tergantung di ujung bibir keenan teh itupun diseruputnya. Aku tau ekspressi
dahi berkerut akan muncul di wajahnya. Segera ku jelaskan sebelum ia bertanya.
“
aku campur sama sari jahe kiriman my lovely mom, bagus buat badan my lovely
keenan di saat hujan gini. ” jelasku,
mulutnya membulat.
“
bukan lagi promosi produk sama aku, kan?
” tanyanya, aku tertawa kecil.
“
eh, ada bos. Ra, entar ajak sekalian ya lunch bareng. Kita makan tumis seafood
siang ini, ala chef Laura. ” ucap
laura dengan menenteng banyak belanjaan di tangannya sembari tertawa kecil
diikuti oleh anggukan keenan. Aku sendiri mengacungkan jempolku pada Laura, dia pasti datang dari supermarket untuk
belanja bulanan karna bulan ini dia yang kena giliran untuk mengisi penuh
kulkas berdasarkan klasifikasinya yaitu, sayuran, daging, minuman, dan cemilan.
Nah, yang penting, yang utama, dan yang wajib ada di kulkas bagian cemilan
adalah coklat dan ice cream, prinsip kami tidak
ada coklat tidak bagus, :)
“
mister keenan, miss keenan mandi dulu ya. mister keenan masuk
aja ada DVD foo fighters tuch yang terbaru.” Ucapku, keenan mengangguk.
“
gaya loe berdua
mister and miss. Misseseres aja sekalian. ” ucap Laura,
sembari membersihkan beberapa cumi dan udang didapur. Kamarku memang dekat
dengan dapur itu karna aku merasa kamar dekat dengan dapur adalah lokasi
strategis jika suatu
malam tiba- tiab aku merasa serangan lapar menyerangku. Gendut? Aku tidak perduli dengan itu.
“
biarin, iri ya panggilan kamu sama Ajun pasaran dan gak kreatif ” balasku,
hampir saja kulit udang itu meluncur di bajuku seandainya aku tidak cepat-cepat
menghindar.
Acara
mandiku sudah selesai, aku sudah siap untuk pergi tapi sebelumnya aku akan
makan siang dulu bersama Laura dan Keenanku, mereka sudah menunggu disana.
“
kasian Laura, mukanya sudah kelaparan.
Mister Keenan,
ayo dimakan. Jujur ya, meskipun agak
berat hati masakan Laura itu te-ope-
be-ge-te loch..” ucapku, Laura tersenyum mendengar pujianku, kamipun menikmati
Lunch kami dengan sedikit percakapan tentang series baru yang sedang digarap
oleh keenanku dengan pemain-pemain favoritku.
“
kamu sudah rapi, tau ya kalau aku mau ngajak jalan? ” tanya keenan
“
tiap liburan sehabis makan siang dia memang selalu ada acara. Acara sosial gitu
tapi, Cuma dia doank yang kesana.” Sambung Laura,
aku mengangguk mengiyakan.
“
acara apa? ” tanya keenan lagi.
“
acara ketempat yayasan satu hati yang dibangun sama om aku. Jadi... yayasannya
itu di peruntukkan buat anak-anak kanker. Tiap liburan aku kesana, karna mister
keenan datang kesini hari ini jalan-jalannya ketempat aku dulu, ya..
kapan-kapan kita ketempat yang kamu mau, gimana? ” tanyaku, ia mengangguk
sembari tersenyum.
“
anything for miss keenan..”
ucap keenan, kali ini aku yang mengangguk.
“
woy!! Gue disini, masih hidup. Ajun lagi gak ada jadi jangan curang donk...”
Ucapan
Laura
beserta ekspressi wajahnya membuat kami tertawa. Sorry, ya Laura michelle.
Makanan kami tak terasa habis juga dengan
percakapan seputar drama asia kami yang makin hari makin banyak penggemar yang
menunggu drama asia kami ini tayang.
“
jhon itu masih mau ya, main
di drama kita. Kan
udah go internasional. ”
“
loe kayak infotainment aja, ra. Jadi public figure itu memang harus begitu, gak
boleh angkuh. ” ucap keenan pada Laura, aku mengangguk. Keenan benar, seorang
public figure memang harus bersikap seperti itu, bukan hanya Jhon saja tapi yang lainnya
juga harus mau bekerja demi mengentertain orang-orang lainnya tidak perduli
level wadahnya dalam mengentertain, tidak pula menjadi terlalu pemilih. Karna
baik FTV, drama, Sinetron, ataupun film, semua bertujuan untuk mengentertain
penikmatnya. Usai makan siang ini, aku dan Keenan pamit pada Laura ke yayasan
kenker satu hati.
“
motor? ” ucapku dengan ekspressi heran melihat sepeda motor ada di samping
pohon yang berdiri kokoh di samping kontrakan kami ( aku dan Laura.) Keenan
mengangguk, kemudian memasang helmnya. Aku tersenyum dan naik ke sepeda
motornnya.
“
mau tau alasannya aku pake motor? ”
“
apa’an? ”
“
kesempatannya lebih besar..”
“
ouchhhh...gitu. ihh,, dasar tetep aja ya yang namanya cowok.”
Dia tertawa saat helmnya aku pukul,
dasar Keenan dia tidak tau saja kalau sebenarnya aku juga mengharapkan
kesempatan yang sama. Tentu saja aku memeluknya dengan erat, ini yang selama
ini sudah lama tidak aku rasakan ya Tuhan... semoga saja dia tidak mendegar
suara jantungku yang dag-dig-dug ini, this
is crazy! Aku tidak benar-benar sadar bahwa inilah pertama kalinya aku
merasakan deg-degan yang nyata, bukan deg-degan saat bersama Teo Bintaro.
Bersama Teo Bintaro aku deg-degan karna takut ketahuan orang tuaku tapi,
bersama Keenan aku merasakan bahwa jantungku berdetak tidak normal, seperti
berada di atas ketinggian untuk pertama kalinya, seperti terbang tanpa pesawat
ataupun sayap. Masa sih, aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya dengan
orang yang sudah menjadi nomor sekian untuk pria yang pernah menyematkan status
relationship dihidupku? Tell me that’s
wrong.
Mengajak
Keenan ketempat ini seperti mengajaknya ke taman bermainku, membuat aku
merasakan bahwa aku sekarang berada di ruang semangatku. Melihatnya bermain
dengan anak-anak disini memberikan kesan mendalam dihatiku, aku yakin mereka
pasti senang melihat Keenan yang ganteng dan baik hati ini.
“
pacarnya kak Akira, ya? ” tanya Petra duduk
disampingku, aku berpaling kearah anak usia lima tahun ini. bagaiamana dia bisa mengenal
kalimat itu di usianya yang baru lima
tahun. Apa zaman sudah seberubah itu? Hingga anak kecil yang seharusnya hanya
tau kata bermain ini terkena dampak Globalisasi juga. Abad apa ini yang bagiku
melebihi millenium?
“
apa sih pacaran itu? Kak
Akira gak tau. ” jawabku dengan
bertanya kembali, dia tertawa terbahak-bahak, mungkin dia tau bahwa aku sedang
membohonginya barusan.
“
kak Akira bohong, kan ” ucapnya lagi, aku menggeleng dengan
ekspressi wajah yang ku buat-buat menjadi wajah lugu. Matanya menginterogasiku,
aku mengangkat bahu.
Dia pasti mulai percaya kalau aku
benar-benar buta terhadap apa yang barusan ia tanyakan, sampai akhirnya dengan
gelengan kepala Petra memutuskan untuk menghampiri Keenan dengan tangan
kecilnya ia menarik-narik jaket kaos keenan, Keenan pun membungkuk agar badannya
bisa sejajar dengan Petra. Percakapan mereka tak bisa ku dengar dari teras
yayasan ini, yang kulihat Petra dan Keenan memandangiku artinya mereka sedang
membicarakanku. Aku hanya tersenyum menyambut kedatangan Petra bersama Keenan
dalam gandengannya menuju tempatku memandangi peri-peri kecil yang bermain.
“
kak Akira, kata kak Keenan kalian
pacaran ”
“
ihh... kak Keenan ke ge-eran tuch Petra.
Kakak gak mau punya pacar kayak dia ”
“
emang kenapa, kak Keenan ganteng. Iya, kan Petra? ” tanya Keenan
“
iya ” jawab Petra
mantap, aku tertawa lebar sembari menggelengkan kepala
Keenan menarik Petra ke pamgkuannya
kemudian memeluknya
“
kalau gitu... Petra
aja yang jadi pacar kak Keenan gimana? ” tanyanya, Petra menggeleng itu
membuatku tertawa terbahak-bahak di tambah ekspressi sedih dari wajah Keenan
yang seolah putus harapan karna penolakan Petra tadi.
“
nanti kalau Petra
sudah segede kak Akira, kak Keenan
pasti udah tua. Petra
gak mau punya pacar tua. ” jawab Petra kemudian berlari keteman-temannya yang
lain, mulutku menganga tanda aku terkejut mendengar kalimat Petra barusan lalu
tawaku dan tawa Keenan pecah. Syukurlah. Ya, syukurlah dia tidak cepat putus
asa layaknya aku di tengah cancer yang
dia derita dia masih berfikir bahwa suatu saat nanti dia bisa menjadi gadis
dewasa yang cantik, hingga dia bisa melihat bahwa Keenan tidak layak untuk
dirinya. Sementara aku? Meski setiap kali berada di yayasan cancer ini, aku tetap tidak bisa setegar
Petra. Mengingat Petra menahan rasa sakitnya ketika kemoterapi itu. Orang lain mungkin tidak
sanggup rasanya menahan rasa sakit yang sering kali datang secara tiba-tiba,
rasa sakitnya bisa membuat penderitanya
sampai seperti hewan melata yang berusaha keras mencapai obat penahan rasa
sakitku. Salah satu alasan kenapa kebanyakan
orang dengan penyakit ini tidak ingin kemoterapi
juga karna rasa takut itu. Takut terlihat semakin
melemah, dan alasan lainnya adalah bahwa kemoterapi
tidak akan menjamin sakit ini sembuh. Kata-kata itulah yang menahan mereka hingga sebisa mungkin mereka
tak akan mengijinkan alat-alat
dokter untuk kemoterapi menjamah tubuh
mereka.
“
melamun saja kerjaanmu ”
“
om Felix, sudah pulang dari luar kota? ” tanyaku, ia
mengangguk.
“
siapa itu? ” tanyanya balik sambil duduk disampingku.
“
Keenan. Pacar sekaligus sutradara Akira di PH.
” jawabku.
Om Felix terlihat muda dengan kaos
the beatlesnya. Om Felix adalah dokter yang mendirikan yayasan satu hati ini, alasannya karna anaknya juga menderita penyakit ini
hingga akhirnya dia harus pergi dan saat itu adalah hal tersulit dalam
hidupnya. Aku bertemu dia saat pertama kali
duniaku berguncang sangat hebat, saat pertama kali aku mendengar vonisnya
kepadaku, vonis bahwa aku mengidap penyakit kanker hati. Saat itu aku baru
berusia lima
belas tahun, tepat di awal SMA ku.
Guntur sahabatku membawaku
ke rumah sakit ketika tiba-tiba aku pingsan untuk kesekian kalinya di acara
ospek. Om Felix lah yang memeriksaku dan akhirnya menemukan ada kanker bermukim
dalam hatiku. Aku berterima kasih pada ibu, karna saat itu ibu tidak berlagak
seperti kebanyakan sinetron yang kulihat, ibu langsung memberi tahuku hari itu
juga di rumah sakit. Hari itu aku tidak menangis, ya.. tak ada satu tetes air
mata pun yang mengalir dari pipiku hanya saja saat itu aku seperti di hantam
ribuan palu, ditusuk ribuan pisau, dan disayat ribuan silet, hingga aku tak tau
air mata yang mana yang harus aku keluarkan untuk berita ini. Kalimat-kalimat penabah
dari ibu seperti berlalu tanpa jeda di telingaku, tidak ada yang kupikirkan
saat itu selain apakah aku bisa
menghadapi ini mulai dari sekarang? Bahkan saat itu aku merasa tidak tau
akan lebih baik daripada tau. Sampai akhirnya air mata itu roboh juga ketika
aku berada sendirian di dalam kamarku, aku seakan ditemani malaikat maut yang
kapanpun siap membawaku pergi tanpa harus meminta ijin oleh faktor ketidak
siapanku.
“
kamu masih lama disini? ” tanya om felix membuyarkan Rememoryku.
“
enggak, bentar lagi pulang. Om mau kenalan
sama mister Keenanku ” jawabku.
“
lain kali saja, om masih harus ke rumah sakit lagi. Salam
saja buat dia. ” ucap om Felix
kemudian berlalu dari tempat kami duduk, ia terlihat sangat buru-buru. Pasti
ada pasien yang butuh bantuannya. Aku menghampiri Keenan dan berbisik
mengajaknya pulang.
“
teman-teman, kami pulang dulu ya...”
“
nanti datang lagi, ya kak Keenan...” ucap mereka serempak.
“
loch, kok kak Keenan aja? ”
“
habis jarang-jarang kak Akira bawa
teman seganteng kak Keenan.”
Keenan tertawa meledekku, aku
berkacak pinggang sembari menggelengkan kepalaku anak sekecil mereka
beraninya.... kutarik segera Keenan menuju motornya. Dengan lamabaian tangan
dari atas motor, kami berlalu dari yayasan kanker satu hati itu.
“ ada tempat yang bagus, gak? Aku
pengen ngomong sama kamu.”
“ harus malam ini juga? ” tanyanya,
aku mengangguk.
“ oke, pegangan aja. Aku bakal bawa
kamu nostalgia ke masa muda ”
Tiba
disebuah gedung yang tak bertuan, Keenan membeli satu bungkus kacang tanah. Ya,
gedung ini sudah sangat tua namun meski begitu gedung ini tak terabaikan begitu
saja. Gedung tua ini menjadi salah satu tempat favorit pemuda-pemudi untuk
sekedar berbagi cerita cinta mereka, sehingga para pedagang kaki limapun
mengambil peluang ini untuk mencari rezeki mereka lewat impian-impian tentang
cinta yang melambung lewat gedung tua ini. Jika para anak muda yang lain lebih
memilih untuk menghabiskan malam di bawah gedung tuan ini, kami lebih memilih
untuk naik ke lantai paling teratas dari gedung tua ini. Keenan pernah
mengatakan bahwa dari atas sini kami bisa melihat seluruh kota jakarta, andai
saja Tanah Bumbuku memiliki gedung setinggi ini yang tak terpakai aku pasti
bisa melihat seluruh kotaku yang tenang itu. Tapi, entahlah apa bisa secantik
di kota ini. Meskipun
tak ada kata, tak ada rayuan yang keluar dari bibir Keenan tapi genggaman
tangannya seperti membuatku merasa jatuh
dalam rayuannya seakan ia ingin aku terus dalam genggamannya. isi
hatiku menggelitik, aku merasakan
jauh didalam hatiku aku sudah menemukan pria yang kucari-cari selama ini, sayangnya hari ini aku harus segera mengakhiri semuanya
sebelum terlambat ini adalah deadline cintaku tepat satu bulan aku harus
melepaskan sebuah hubungan cinta, tapi entah kenapa aku malah ingin berkata sebaliknya jangan khawatir Keenan
aku akan mencintaimu sampai kamu lupa pernah dicintai oleh orang lain, aku akan
mencintaimu lebih dari aku mencintai nyawaku sendiri. Itu yang ingin aku katakan. Aku merasa seperti ada
syair dikepalaku yang membuat pikiranku bicara bahwa seribu tahun yang tak
kupunyai itu, seribu tahun yang tak bisa kugapai itu, seribu tahun yang bagai
mimpi itu, untukmu aku akan mendapatkannya, aku akan hidup seribu tahun
untukmu, asalkan bersamamu aku mau hidup.
“
miss Keenan, kenapa menatapku seperti itu? ”
“
habis..mister Keenan tatapannya kosong sih. ” jawabku, Keenan mengangguk
Apa ini? Aku tidak
mengatakan ucapan selamat tinggal dan putus, aku juga tidak mengatakan apa yang
ada dihatiku tadi. Aku benar-benar dalam keadaan bingung sekarang, aku
terjebak.
“ oh, iya. Katanya ada yang harus
diomongin”
“ hah? Aku lupa.. hehehe ”
Dia tertawa
mendengarnya, ini bukan karna aku lupa tapi, tak tau kenapa mungkin ada yang
salah dengan otakku malam ini sehingga rasanya sulit untuk mengatakan selamat
tinggal untuk hubungan kami. Kenapa kali ini terasa jauh lebih sulit dibanding
biasanya, ada apa ini?
H_H_H_H
“
senneng amat neng hidupnya. ”
“
ya iyalah, emang kamu pacarannya drama korea. ”
“
alahh... itu karna loe baru awal-awal pacaran liat aja ntar ”
“
gak akan..... aku sama mister Keenan itu bukan drama. ”
Ucapku tertawa, kemudian menaikkan
tingkat volume di handphoneku sambil memotong-motong sayuran ini. aku bisa
masak meski tidak seenak masakan Laura
tapi, rasa masakanku juga tidak seburuk masakan menantu manja di
sinetron-sinetron itu. Hari ini aku akan memasak oseng udang campur kacang
panjang dan brokoli, spesial dengan segenap cinta untuk sahabatku Laura yang sedang galau, karna dia sedang galau
masakanku ini akan kuberi nama GaTiNer yang artinya........Galau Tingkat
Neraka, biar dia terhibur dengan rasa pedas masakanku ini. setelah dapur bersih
dan masakanku selesai dengan ala-ala Akira ini, aku menarik paksa lengan Laura
untuk makan, meski beberapa kali penolakan dia tunjukkan padaku dengan pertahanan dan benteng yang sangat
kuat, sekuat inginnya untuk mogok makan, akhirnya dia berhasil juga kubuat mau
mencicipi masakanku ini. ia menatapku.
“
enak, loe jago masak juga kok. Ya, meskipun loe masih harus belajar banyak dari
gue... loe pakai bumbu instan, ya? ” tanyanya. Aku nyengir sembari mengangguk
pelan.
“
huuh.. chef ajaib kayak gue mau loe kibulin, jelas beda
lah...” ucapnya lagi
Tak apa lah, setidaknya galaunya
sudah berkurang yang tadinya tingkat neraka sekarang sudah tingkat jembatan
siratul muttaqin. Heran juga aku dengan mereka, tiap sebulan sekali ada saja
pertengkaran didalam hubungan mereka, entah itu masalah waktu atau masalah beda pendapat. Perbedaan mereka sangat besar, si Laura yang
bawel, selalu ingin tau, dan menyukai hal-hal berbau perempuan banget, lingkungannya seputar fashion,
mode, stylish, dan perawatan tubuh, dia wanita yang suka berjam-jam ada disalon
dan butik atau outleet. Berpacaran dengan Ajun seorang polisi yang kaku hampir mirip
batu itu, Ajun yang lebih suka diam ketika marah membuat Laura merasa kessal
dan be-te seumur padi, Ajun yang lebih memilih untuk menghindar berhari-hari
ketika merasa bahwa dalam pertengkaran itu ia tak bersalah melainkan Laura yang
bersalah, membuat Laura manyun dari kepala sampai kekaki itu membuatku heran
tak karuan, mereka bisa bersatu dengan perbedaan itu, kadang membuatku iri
mengapa begitu gampang buat mereka menyatukan hati di antara perbedaan yang benar-benar sangat beda, sementara aku
dengan Keenan bersatu karna kami memang mempunyai banyak kesamaan termaksud
dunia perfilman.
“ apa ini masuk akal? Gue Cuma
pengen dia datang ketempat gue sebentar, gue juga gak maksa dia buat lama-lama.
Apa salahnya kalau gue pengen dia ngelihat
hasil karya gue sebelum gue jual kebutik. Meskipun dia gak tau tentang design
tapi dia bisa kan setidaknya bilang itu
bagus honey, ibu mirna pasti suka. Mendengar kalimat itu dari orang yang
kita cintai bisa membuat kita ngerasa tenang. Sekarang, dia udah tau kalau gue
lagi marah eh dia malah gak ada nelpon atau sms gue, sekarang yang harusnya
marah kan gue. ” tuturnya
“
Ra, loe bicara donk sama Ajun... please, ” pinta Laura
setelah meneguk air putihnya.
Aku mendengus, kenapa selalu aku.
Setiap kali mereka bertengkar selalu aku yang jadi penengahnya, karna biasanya
si Ajun mau bercerita padaku tentang duduk perkaranya dan biasanya juga dia mau
menerima usulanku jika aku rasa ternyata dia yang salah di perang ini.
“
kamu itu, aku mulu yang di andalin. Emang
wajar sih cewek itu selalu pengen dimengerti tapi kamu kan tau kalau pacar kamu
itu Ajun ” ucapku, sepertinya dia tidak mengerti dengan ucapanku melihat
dari reaksi wajahnya yang bingun.
“
trus kalau pacar gue Ajun kenapa? Apa sekarang kita main
kata-kata”
“ maksud aku itu, kita berdua tau kan gimana karakter Ajun. Kaku,
zero ekspressi, cowok misterius, gak
bisa ditebak, plus gak peka. Coba itung berapa kali dia harus kebingungan
membujuk kamu ketika kamu marah tanpa dia ketahui alasannya, hey! Ajun bukan
peramal, cowok paling ahli dengan sebutan playboy aja masih bisa bingung
ngadapin cewek. Ajun? Dia bahkan gak sebanding dengan tingkat peka bokapku
” jelasku
“
jadi maksud loe, gue yang harus minta maaf duluan. Gak
bisa, kalau kayak gitu dia bisa seenaknya sama gue.
”
“ ya..ya.. jaga aja tuch terus harga diri loe, yang mulia
Laura. aku mau
pergi ketempat om Felix.
Ckckck.. sama orang yang dicintai kok pake harga diri”
ucapku beranjak dari ruang makan
setelah aku siap untuk pergi kerumah om Felix untuk sekedar menyapa duda tua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar